PENDEKATAN PEMBELAJARAN HOLISTIK DAN KONSTRUKTIVISME DI SD

Pengertian dan Fungsi Pendekatan Pembelajaran bagi Guru
Sebelum mengetahui arti dan fungsi pendekatan pembelajaran, sedikit disini akan menyinggung tentang teori. Teori dapat diartikan sebagai seperangkat hipotesis atau anggapan pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Dalam pengertian ini teori tidak membicarakan bahwa sesuatu itu sudah baik atau buruk, benar atau salah, melainkan mengungkapkan anggapan-anggapan atau pernyataan-pernyataan fenomena/gejala yang terjadi dalam lingkungan. 
Tugas atau karakteristik suatu Teori adalah
  1. Memberikan suatu Kerangka kerja konseptual mengenai sesuatu yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi suatu penelitian;
  2. Memberikan prinsip-prinsip yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata. 
Menurut Sarwono SW 1987 teori memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi deskripsi, fungsi eksplanasi, fungsi prediksi, dan fungsi penelitian dan pengembangan. 
  • Fungsi deskripsi berarti suatu teori itu harus menggambarkan sesuatu yang terjadi dalam lingkungan apa adanya tanpa dibuat-buat atau objektif. 
  • Fungsi eksplanasi artinya suatu teori itu harus memberikan penjelasan tentang suatu fenomena yang kompleks menjadi penjelasan yang rasional, sistematis dan mudah dipahami. 
  • Fungsi prediksi yaitu bahwa suatu teori itu harus dapat memprediksi, memperkirakan atau meramalkan terjadinya sesuatu atas dasar peristiwa sebelumnya. 
  • Fungsi pengujian adalah suatu teori itu harus menguji fenomena terkini dan mengembangkan teori yang baru.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara pandang tentang fokus dan strategi pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam praktek pembelajaran. Suatu pendekatan pembelajaran X biasanya memberi tekanan pada aspek tertentu sementara pendekatan pembelajaran Y memberi tekanan pada aspek lainnya. 
Diantes 1996 mengemukakan bahwa suatu pendekatan pembelajaran biasanya dibangun atas dasar posisi pemahaman tertentu tentang Apa hakikat, fokus yang dipentingkan, bagaimana cara-cara utama pencapaiannya serta asumsi asumsi penerapannya.
Fungsi pendekatan pembelajaran adalah memberikan suatu pemahaman tentang sesuatu atau cara pembelajaran yang dianggap efektif dan memberi panduan yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata. Muhammad Surya 2004 mengemukakan fungsi pendekatan yaitu
  1. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran;
  2. Menilai hasil hasil pembelajaran yang telah dicapai;
  3. Mendiagnosis masalah masalah belajar yang timbul;
  4. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan..
Ada 4 pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan holistik pendekatan konstruktivisme pendekatan Berdasarkan pengalaman atau experiential learning dan pendekatan kecerdasan jamak atau multiple intelligence.

Pendekatan holistik atau terpadu dalam pembelajaran.
Psikologi gestalt yang dipelopori oleh Wertheimer, Koffka dan Kohler bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Aplikasi pendekatan holistik menurut woolfolk 1993 dalam pembelajaran di sekolah dasar yaitu:
  1. Wawasan pengetahuan yang mendalam atau insight. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru membantu anak untuk memiliki Insight yaitu pengetahuan mengenai keterkaitan antara unsur dalam suatu objek atau peristiwa. 
  2. Pembelajaran yang bermakna atau meaningful learning. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek atau peristiwa, akan menunjang pembentukan insight dalam proses pembelajaran.
  3. Perilaku bertujuan atau purposive behavior. Guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pembelajaran dan membantu anak dalam memahami tujuan itu untuk selanjutnya mengembangkan aktivitas pembelajaran yang efektif. 
  4. Prinsip ruang hidup atau life space. Materi yang diajarkan guru hendaknya memiliki padanan dan kaitkan dengan situasi dan kondisi lingkungan anak pembelajaran kontekstual atau contectual teaching And learning juga bertitik tolak dari prinsip ini. 
  5. Transfer dalam pembelajaran. Adalah pemindahan pola-pola perilaku dari situasi pembelajaran tertentu pada situasi lain. 
Untuk dapat menampak kan keberadaan belajar sebagai proses terpadu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut
  1. Pembelajaran dapat berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan individual anak seutuhnya;
  2. Pembelajaran sebagai aktivitas membelajarkan anak untuk memperoleh pengalaman menempatkan anak sebagai pusat segala-galanya. 
  3. Pembelajaran dalam hal ini lebih menuntut kepada terciptanya suatu aktivitas yang memungkinkan keterlibatan anak secara aktif dan intensif. 
  4. Pembelajaran mendapatkan individu pada posisi yang terhormat dalam suasana kebersamaan di dalam penyelesaian persoalan yang dihadapinya. 
  5. Pembelajaran sebagai proses terpadu harus mendorong dan memfasilitasi Setiap anak untuk terus menerus belajar. 
  6. Pembelajaran sebagai proses terpadu dapat berfungsi dan berperan secara efektif apabila dapat menciptakan lingkungan belajar tidak hanya menyangkut sarana fisik, melainkan juga suasana belajar yang kondusif bagi pengembangan semua aspek individu. 
  7. Pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak harus secara, terpisah melainkan dilaksanakan secara terpadu. 
  8. Pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan keluarga. 

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme
Pada pendekatan konstruktivisme individu membentuk sendiri pengetahuan yang dipelajarinya. Menurut Von glasersfeld pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang sudah mempunyai pengetahuan (dalam hal ini adalah guru) kepada pikiran orang yang belum memiliki pengetahuan itu (anak). Anak lah yang menginterpretasikan serta mengkonstruksikan pemindahan pengetahuan tersebut berdasarkan pengalaman yang mereka miliki masing-masing. 
Von glasersfeld Sebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk melakukan proses pembentukan pengetahuan seperti
  1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman;
  2. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan;
  3. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang lain. 
Ada beberapa hal yang membatasi proses konstruksi pengetahuan menurut Bettencourt yaitu konstruksi yang lama, domain pengalaman kita dan jaringan struktur kognitif kita. 
Konstruktivisme dibedakan atas 3 level yaitu konstruktivisme radikal, realisme hipotesis dan konstruktivisme yang biasa (jika dikaitkan dengan hubungan antara pengetahuan kenyataan) . Selain itu pandangan konstruktivisme juga menghendaki guru untuk menerapkan pendekatan mengajar yang berpusat pada anak student (Centered approach) beberapa hal yang diperlukan untuk menyokong pendekatan berorientasi pada anak-anak.
  1. Orientasi mengajar tidak hanya untuk pencapaian prestasi akademik;
  2. Topik-topik yang dipelajari dapat Berdasarkan pengalaman anak yang relevan;
  3. Metode mengajar harus berorientasi pada anak dengan sifat yang menyenangkan;
  4. Kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama dengan orang lain mendapat prioritas;
  5.  bahan pembelajaran dapat diambil dari bahan yang konkret;
  6. Penilaian tidak hanya terbatas pada aspek kognitif semata;
  7. Membawa implikasi bagi guru yang harus menampilkan diri sebagai guru dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar mentransformasikan pengetahuan kepada anak. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel