PROSES BELAJAR ANAK SD


Pengertian dan karakteristik belajar
Belajar tidak dibatasi oleh suatu tempat yang disebut sekolah, sebab belajar bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Ada beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli yaitu
  • Menurut Anita e woolfolk (1993) belajar sebagai perubahan perilaku akibat dari suatu pengalaman tertentu, belajar terjadi bilamana pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada seseorang. 
  • Abin Syamsudin (2000) mendefinisikan bahwa belajar adalah proses mengalami sesuatu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dan pribadi. 
  • Santrock dan yussen (1994) menegaskan definisi belajar ketika dia menyatakan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi karena pengalaman. 
Dari ketiga pengertian belajar diatas memiliki beberapa kata kunci yang, pertama adalah perubahan, kedua "pengetahuan-perilaku-pribadi", ketiga "permanen", keempat "pengalaman". Jika di rumuskan kembali dinyatakan bahwa belajar adalah aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. 
Ada empat karakteristik proses belajar yaitu intensional, positif, benar-benar hasil pengalaman dan efektif. 
  • Pertama perubahan itu bersifat intensional, mengandung arti bahwa perbuatan yang terjadi harus bertujuan, disengaja dan disadari bukan kebetulan. Contohnya seorang anak yang jalannya tampak pincang karena kebetulan 5 menit sebelumnya kaki kirinya terkilir. 
  • Kedua perubahan itu positif, Artinya bahwa perubahan belajar menuju kearah yang lebih baik atau lebih mantap sesuai dengan norma atau kriteria tertentu yang diharapkan atau sesuai dengan norma yang disepakati bersama guru dan siswa menurut masyarakat, menurut kurikulum atau menurut kaidah ilmu pengetahuan tertentu. 
  • Ketiga perubahan dalam arti belajar tersebut harus benar-benar merupakan hasil dari pengalaman artinya perubahan yang ditunjukkan atau yang dicapai oleh anak itu karena dia aktif melakukan sesuatu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 
  • Keempat perubahan itu bersifat efektif artinya perubahan yang dicapai oleh anak itu fungsional atau berguna untuk anak yang bersangkutan baik untuk memecahkan masalah pelajaran maupun untuk memecahkan masalah sehari-hari dan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya.
Dalam paradigma sebelumnya belajar sering disandingkan dengan mengajar, sehingga menjadi belajar-mengajar, dengan maksud guru harus mengajar supaya anak belajar. Dalam persandingan ini belajar didahulukan untuk menunjukkan agar aktivitas belajar anak dijadikan fokus. Pada kenyataannya seringkali guru mengajar tetapi tidak membuat anak belajar.
Namun sekarang paradigma tersebut telah berubah, belajar tidak lagi disandingkan dengan mengajar melainkan dengan pembelajaran yang mengandung arti menciptakan lingkungan sedemikian rupa untuk memotivasi dan memfasilitasi anak melakukan berbagai kegiatan yang lebih aktif, menggunakan potensi yang dimilikinya terarah pada perubahan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dengan demikian guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator bukan sebagai satu-satunya sumber belajar.
Proses pembelajaran adalah proses yang aktif dinamis dan terus-menerus yang memungkinkan anak belajar pembelajaran. Dalam hal ini dipandang sebagai suatu proses membantu anak mengembangkan dan mengubah perilaku (kognitif, afektif, konatif dan psikomotor), merangsang gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi dan keterampilan Sesuai dengan standar kompetensi dan kurikulum SD yang telah ditetapkan. Tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi membelajarkan anak yaitu membuat anak aktif melakukan berbagai bentuk kegiatan, bukan hanya mendengarkan guru berbicara di depan kelas atau menuliskan sesuatu, bisa saja pembelajaran itu bentuknya melakukan observasi dan membuat laporan dengan cara berdiskusi, mengerjakan aktivitas bersama tim untuk menghasilkan sesuatu, mengujicobakan suatu prinsip. Jadi dengan pembelajaran anak bisa belajar di mana saja tidak dibatasi oleh 4 dinding dan harus selalu guru yang menjadi satu-satunya sumber belajar bagi anak.

Prinsip-prinsip belajar


  1. Belajar dapat membantu perkembangan optimal individu sebagai manusia utuh. 
  2. Belajar sebagai proses terpadu harus memposisikan anak sebagai titik Sentral. 
  3. Aktivitas pembelajaran yang diciptakan harus membuat anak terlibat sepenuh hati aktif, menggunakan berbagai potensi yang di milikinya. 
  4. Belajar sebagai proses terpadu tidak hanya dapat dilakukan secara individual dan kompetitif melainkan juga dapat dilaksanakan secara kooperatif. 
  5. Pembelajaran yang diupayakan oleh guru harus mendorong anak untuk belajar secara terus menerus. 
  6. Pembelajaran di sekolah harus memberi kesempatan kepada setiap anak untuk maju berkelanjutan sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kecepatan belajar masing-masing. 
  7. Belajar sebagai proses yang terpadu memerlukan dukungan fasilitas fisik dan sekaligus dukungan sistem kebijakan yang kondusif. 
  8. Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi dilakukan secara terpadu. 
  9. Belajar sebagai proses terpadu memungkinkan untuk menjalin hubungan yang baik antara sekolah dengan keluarga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak di sekolah


Menurut pandangan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah dapat dimasukkan ke dalam komponen sistem yaitu faktor input, proses dan output. Masing-masing faktor memiliki komponen yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi. 
  1. Faktor input, mencakup: (a) Raw input atau masukan dasar yang menggambarkan kondisi individual anak dengan segala karakteristik fisik dan psikis yang dimilikinya. (b) instrumental input atau masukan di instrumental yang mencakup guru, kurikulum, materi dan metode sarana dan fasilitas. (c) environmental input atau masukan lingkungan yang mencakup lingkungan fisik geografis sosial dan lingkungan. 
  2. Faktor proses pembelajaran menggambarkan bagaimana ketiga jenis input tersebut berinteraksi dan saling memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar anak. 
  3. Faktor tujuan adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada anak setelah anak belajar. 
Pandangan lain menyatakan 5 unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa di sekolah yaitu
  1. Unsur faktor anak faktor ini mencakup usia kondisi dan kesehatan fisik, kecerdasan bakat, minat motivasi dan sebagainya yang secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama akan mempengaruhi kegiatan belajar anak di SD. 
  2. Faktor guru. Guru adalah faktor kunci dari kegiatan belajar anak di sekolah. Untuk dapat menjalankan fungsi dan perannya secara efektif Guru harus memiliki kompetensi yang dipersyaratkan seperti kompetensi pedagogik, Kompetensi profesional, Kompetensi sosial dan kompetensi personal secara terintegrasi. 
  3. Faktor tujuan yaitu sesuatu yang harus dicapai setelah anak melakukan aktivitas belajar. Rumusan tujuan bisa berupa standar kompetensi yang harus dikuasai oleh anak atau perilaku yang harus diubah ke arah yang lebih baik. Tujuan harus dirumuskan secara jelas dan terukur agar guru dapat memotivasi anak untuk mencapainya, serta dapat diukur dan menilai tingkat keberhasilan belajar anak. 
  4. Faktor bahan pelajaran yaitu sesuatu yang harus disusun dan disiapkan sedemikian rupa oleh guru agar mudah diakses dan dipelajari oleh semua anak. Dalam konteks peningkatan mutu pendidikan bahan pelajaran sepenuhnya menjadi kewenangan guru untuk menyusunnya sesuai dengan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KS), standar isi (SI) dan standar kelulusan anak SD yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 
  5. Faktor ekonomis dan administratif meliputi aspek sarana ruangan kelas,  fasilitas dan peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran di sekolah termasuk sebagai sumber pelajaran. Semuanya harus mudah diakses dan digunakan oleh anak SD agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Di Dalam praktiknya faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar siswa di sekolah itu sulit dipisah-pisahkan satu sama lain karena semua unsur tersebut akan terintegrasi dalam interaksi pembelajaran yang anda upayakan. Interaksi pembelajaran itu sendiri akan tampak pada peranan atau perbuatan nyata anda dalam tiga hal yaitu pengajaran atau instruction, kepemimpinan (leadership) dan penilaian (evaluation).

Kesulitan belajar anak SD


  • Kriteria ketuntasan belajar
Belajar tuntas ( mastery learning) adalah suatu konsep yang digunakan sebagai kriteria ketuntasan atau penguasaan materi pelajaran. Mastery learning memiliki semacam dalil atau prinsip yaitu
  1. waktu yang disediakan cukup untuk mempelajari lingkup suatu pokok bahasan tertentu;
  2. usaha belajar yang dilakukan oleh anak terarah pada tujuan pembelajaran;
  3. Kecakapan anak setidaknya normal;
  4. kualitas pengajaran yang diselenggarakan oleh guru memadai;
  5. siswa mendapatkan manfaat dari proses belajarnya. 
  •  Kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan atau hasil belajar yang ditetapkan. 
Menurut konsep mastery learning ada 4 patokan yang digunakan untuk menyatakan bahwa anak SD mengalami kesulitan belajar yaitu
  1. Tujuan pendidikan atau pembelajaran yang ditetapkan;
  2. Kedudukan anak dalam kelompok atau kelasnya;
  3. Perbandingan antara potensi dan prestasi;
  4. Kepribadian.
Gejala-gejala atau indikator anak mengalami kesulitan belajar adalah
  1. Nilai hasil belajar di bawah patokan atau di bawah rata-rata nilai kelas atau kelompok nya;
  2. Nilai hasil belajar tidak sesuai dengan nilai-nilai di kelas sebelumnya;
  3. Nilai hasil belajar tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  4. Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar;
  5. Menunjukkan sikap sikap yang kurang wajar;
  6. Menunjukkan tingkah laku berkelainan;
  7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar. 
Latar belakang atau faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar dapat Dikembalikan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak menurut Abin Syamsudin (2002) faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan belajar mencakup:
  1. Faktor stimulus atau pengalaman belajar meliputi (a) variabel metode dalam arti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dan (b) variabel tugas. 
  2. Faktor organisme yaitu anak itu sendiri sebagai individu yang utuh yang meliputi (a) karakteristik pribadi, (b) kondisi psikofisik yang sedang dialami oleh anak pada saat belajar. 
  3. Faktor respon meliputi (a) tujuan kognitif, (b) tujuan afektif dan (d) tujuan psikomotor.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel