PENYESUAIAN DIRI DAN PENERIMAAN SOSIAL

A. Makna perkembangan sosial bagi anak usia SD
Terjadi tiga proses sosialisasi dalam perkembangan sosial yaitu:
  1. Belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan cara norma yang berlaku. 
  2. Bermain sesuai dengan peran sosial yang diharapkan. 
  3. Mengembangkan sikap sikap sosial. 

Hal-hal yang penting dari proses sosialisasi adalah bagaimana seorang anak belajar bersosialisasi dan dapat bergaul, sangat tergantung dari beberapa faktor berikut. 
  1. Kesempatan untuk bersosialisasi merupakan hal yang penting. Anak membutuhkan kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan teman sebaya nya saja tetapi juga dengan orang dewasa dari berbagai usia dan latar belakang kebudayaan. 
  2. Anak perlu mengkomunikasikan hal-hal yang tidak dipahami dan diminati oleh orang lain. 
  3. Anak hanya akan belajar untuk bersosialisasi jika termotivasi untuk melakukannya. 
  4. Bagaimana metode efektif yang digunakan untuk bersosialisasi melalui trial and error anak belajar pola pola tingkah laku yang sesuai dengan penyesuaian sosial. 

Anak menjadi anggota dari kelompok teman sebaya yang lambat laun menggantikan posisi keluarga dan berpengaruh dalam sikap dan tingkah lakunya. Berkaitan dengan hal tersebut maka hurlock mengemukakan beberapa karakteristik kelompok sebaya pada masa usia sd yaitu sebagai berikut. 
  1. Kelompok sebaya dapat dikenal dari namanya misalnya dari nama jalan atau tempat tinggal, nama-nama tokoh terkenal dari buku komik atau film. 
  2. Untuk menjaga kerahasiaan kelompok acap kali menggunakan kode kode rahasia dalam berkomunikasi misalnya menggunakan bahasa sandi. 
  3. Kadangkala untuk menerima anggota baru diadakan semacam upacara agar anggota kelompok merasa dihargai. 
  4. Kelompok sebaya sering bertemu di tempat-tempat tertentu misalnya kelompok sebaya anak perempuan lebih banyak bertemu di rumah sementara kelompok sebaya anak laki-laki di luar rumah. 
  5. Kegiatan kelompok sebaya biasanya terlibat dalam berbagai kegiatan misalnya kegiatan olahraga bermain berkelompok. 

B. Pola-pola tingkah laku yang dapat dipelajari dari anggota kelompok sebaya
Beberapa pola tingkah laku yang umum dipelajari anak dari lingkungan kelompok sebaya nya yaitu:
  1. Hal-hal yang diterima maupun tidak diterima secara sosial. Timbulnya perbedaan antara apa yang telah diterapkan di rumah dan di sekolah dengan lingkungan kelompok sebaya membuat anak lebih berpihak pada apa yang diakui oleh kelompok. 
  2. Terlalu peka atau sensitif. Terlalu peka atau sensitif menunjukkan pada kecenderungan untuk mudah merasa sakit hati dan cenderung mengartikan apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain sebagai permusuhan. Sikap ini umumnya terlihat pada saat anak berada di lingkungan luar rumah karena anak lain akan lebih mudah memperhatikannya. 
  3. Mudah terpengaruh. Ada anak yang mudah terpengaruh oleh anak lain karena perkembangan dari adanya kebutuhan akan perhatian penerimaan sosial. Di lain pihak ada pula anak-anak yang tidak mudah dipengaruhi anak lain karena jalan pikiran tingkah lakunya dengan apa yang diharapkan kelompok berbeda. 
  4. Kompetisi atau persaingan. Kompetisi dibagi dalam tiga bentuk pertama,  persaingan antar anggota kelompok sebaya yang dapat menimbulkan permusuhan. Kedua, pertentangan antar kelompok sebaya yang satu dengan kelompok sebaya lainnya akan membentuk loyalitas dan solidaritas yang tinggi di antara anggotanya. Ketiga, pertentangan antara kelompok sebaya dengan kelompok masyarakat akan membentuk suatu ikatan dan mengembangkan kemandirian. 
  5. Hubungan yang baik. Begitu anak menjadi anggota dari suatu kelompok sebaya anak akan belajar untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan kelompok. 
  6. Tanggung jawab. Perkembangan tanggung jawab pada anak perlu diberikan secara perlahan-lahan di mulai dari tugas-tugas yang sederhana kemudian meningkat pada pengalaman lebih kompleks. Jika anak terbiasa untuk bertanggung jawab dalam keluarganya anak tersebut akan mudah menyesuaikan diri dan terpilih sebagai pemimpin dalam kelompoknya. Namun jika terlalu banyak tanggung jawab yang dibebankan pada anak juga bukan merupakan hal yang positif karena jika anak mengalami kegagalan akan meruntuhkan rasa percaya dirinya. 
  7. Kesadaran sosial. Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk memahami arti dari situasi sosial. Hal ini berhubungan dengan emosional anak atau kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. 
  8. Diskriminasi sosial. Yang dimaksud dengan diskriminasi sosial di sini yaitu kecenderungan untuk membuat perbedaan antara individu berdasarkan suatu tanda-tanda tertentu. Anak yang terbiasa membedakan kelompoknya dengan kelompok lain akan menganggap orang lain sebagai berbeda dan tidak termasuk atau di luar kelompoknya, anak juga merasa lebih unggul dari yang lainnya. Hal ini membuat timbulnya sikap permusuhan antara kelompok jenis kelamin tertentu. 

Dari apa yang dikemukakan tersebut melalui interaksi dengan teman sebaya membantu anak mengembangkan dan memahami perilaku moral, anak belajar bersosialisasi dan mengembangkan konsep diri yang positif, anak menjadi lebih bertanggung jawab belajar,.  bekerja sama dan sportif. Hal-hal yang negatif pun dapat dipelajari anak melalui perkembangan sosial dan pergaulan nya dengan teman sebaya seperti gejala bullying, yang merupakan tingkah laku agresif yang direncanakan untuk menyebabkan ketidaknyamanan fisik maupun psikis pada orang lain. Tingkah laku ini bertujuan untuk mendominasi menyakiti atau mengecilkan orang lain sehingga tidak merasa nyaman. Agar hal tersebut tidak terjadi maka orang tua maupun guru perlu mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada anak, memberikan pengarahan dan bimbingan tetap perlu dilakukan agar moral yang sudah tertanam dalam diri anak tidak hilang begitu saja.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel